Iklan

Follow on Google+

Jaringan Togel Nabire Kembali Beroperasi, Bandar Umi Diduga Dilindungi dan Kebal Hukum

Admin
Kamis, 13 November 2025, 11/13/2025 08:10:00 PM WIB Last Updated 2025-11-13T13:10:38Z
masukkan script iklan disini
masukkan script iklan disini


Poto: Kupon Judi Togel Di Nabire Papua Tengah 



iNEWS, Nabire (Papua Tengah) — Aktivitas perjudian jenis togel di Kabupaten Nabire, Provinsi Papua Tengah, kembali bergeliat setelah sempat terhenti selama empat hari akibat razia aparat kepolisian. Fakta di lapangan menunjukkan, praktik ilegal ini kini berjalan lagi secara terang-terangan di sejumlah titik, diduga kuat dikendalikan oleh seorang bandar besar perempuan berinisial Umi, yang disebut-sebut memiliki pengaruh kuat hingga ke lingkaran aparat.


Empat Hari Tutup, Jaringan Kembali Aktif


Penelusuran tim investigasi CNEWS mengungkap, setelah operasi penertiban yang dilakukan Polres Nabire awal pekan lalu, para pengecer dan kaki tangan jaringan Umi sempat menghentikan aktivitasnya. Namun, situasi itu hanya berlangsung empat hari.
Memasuki pertengahan pekan ini, tim media menemukan sedikitnya enam titik aktif penjualan togel di wilayah Nabire Kota dan pinggiran, termasuk di kawasan Oyehe, Kalibobo, dan Bumi Wonorejo.



“Empat hari memang sempat tutup, tapi sekarang sudah buka lagi. Para pengecer sudah mulai beroperasi,” ujar salah satu tokoh agama yang meminta identitasnya dirahasiakan, Kamis (13/11/2025).


Menurutnya, masyarakat resah karena perjudian itu melibatkan banyak warga kecil sebagai pengecer, sementara bandar besarnya seolah kebal hukum. “Yang kena hanya pengecer di bawah. Tapi otaknya, Umi, tidak pernah tersentuh,” tambahnya.


Modus Operandi: Jaringan Rapi dan Setoran Harian


Informasi yang dihimpun menunjukkan bahwa jaringan togel yang dikelola Umi memiliki struktur yang rapi. Umi berperan sebagai bandar pusat yang menerima setoran dari para koordinator lapangan.
Para pengecer, sebagian besar perempuan paruh baya, beroperasi di warung, kios pulsa, dan tempat keramaian lain. Setoran dikumpulkan setiap sore, lalu direkap melalui pesan singkat sebelum hasil undian diumumkan malam harinya.


Transaksi dilakukan secara tunai maupun digital, menggunakan nomor rekening tertentu yang diduga menjadi penampung dana perjudian.
“Setoran harian dari tiap titik bisa mencapai jutaan rupiah. Dalam seminggu, omset jaringan ini bisa tembus puluhan juta,” ungkap salah satu sumber internal yang pernah menjadi pengecer.


Dugaan Perlindungan dari Oknum


Yang paling mengejutkan, sejumlah sumber mengungkap adanya dugaan “perlindungan diam-diam” dari oknum aparat, sehingga aktivitas ini sulit diberantas.
“Kalau bukan karena ada yang membackup, tidak mungkin mereka bisa buka lagi secepat ini setelah razia,” kata seorang tokoh masyarakat Nabire yang kecewa dengan sikap aparat.


Masyarakat menilai, lemahnya penindakan hukum membuat bandar besar seperti Umi merasa tidak tersentuh. “Kalau hukum hanya tajam ke bawah tapi tumpul ke atas, kepercayaan publik terhadap kepolisian bisa hancur,” ujarnya tegas.


Polres Nabire Dinilai Lamban Bertindak


Hingga berita ini diterbitkan, Polres Nabire belum memberikan keterangan resmi mengenai beroperasinya kembali jaringan togel tersebut. 

Sikap senyap ini menimbulkan tanda tanya besar di kalangan masyarakat. “Kami berharap Kapolda Papua Tengah turun langsung. Kalau dibiarkan, ini bisa merusak moral masyarakat Nabire,” tegas seorang tokoh adat setempat.


Desakan Transparansi dan Penegakan Hukum Tegas


Tokoh adat dan tokoh agama di Nabire mendesak agar pemerintah daerah dan aparat kepolisian segera mengambil tindakan tegas tanpa pandang bulu. Mereka meminta agar bandar besar Umi diperiksa secara hukum, termasuk menelusuri dugaan aliran dana ke pihak-pihak yang melindunginya.


“Jangan hanya menangkap pengecer kecil. Hukum harus ditegakkan dari atas. Kalau tidak, ini akan jadi preseden buruk,” ujar seorang pemuka agama yang prihatin dengan kondisi sosial masyarakat Nabire.


Fenomena perjudian togel di Papua Tengah, khususnya di Nabire, bukanlah hal baru. Namun, kasus ini menunjukkan bahwa upaya pemberantasan masih lemah, terutama jika melibatkan jaringan yang memiliki kekuatan sosial, ekonomi, dan dugaan koneksi aparat.

Publik kini menantikan komitmen nyata aparat penegak hukum untuk menuntaskan kasus ini secara transparan dan adil.

(Tim/Red)


Komentar

Tampilkan

Terkini